Pages

Sunday, October 19, 2014

Short Trip: Eksotisme Coban Rondo

Hari Jumat kemarin, aku dan Adnan (temanku di Teknik Sipil ITS) menjelajah ke Malang dan Batu. Kita berangkat dari Surabaya jam 7 pagi dengan mengendarai motorku. Setelah menempuh satu setengah jam perjalanan, kita berhenti di tempat makan di Sidoarjo untuk sarapan. Nasi bungkus dengan aneka lauk-pauknya dijual seharga 3.500 rupiah. Setelah kenyang, kita melanjutkan perjalanan hingga Malang.

Selama perjalanan, kita disuguhi pemandangan Gunung Arjuna dan Welirang di sebelah barat jalan. Sampai di Malang, kita menuju ke destinasi pertama, yaitu Universitas Brawijaya (UB). Setelah memarkir kendaraan di dekat Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), kita berjalan ke Masjid Raden Patah. Saat itu, Masjid Raden Patah masih dalam tahap renovasi. Setelah sholat Jumat, Adnan bertemu temannya yang mengajak kita makan di kantin pusat dan jalan-jalan keliling kawasan UB.

Pemandangan Gunung Arjuno-Welirang

Aku dan Adnan melanjutkan perjalanan ke Batu. Tujuan kita adalah Coban Rondo. Coban Rondo merupakan air terjun yang berada di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon. Kita sudah bisa merasakan hawa dingin nan sejuk ketika melintasi Pujon dengan jalan yang berkelok-kelok serta menanjak. Udara gunung seolah membersihkan paru-paru ini setelah sekian lama berada di Surabaya, kota dengan polusi udara yang cukup tinggi.

Tak terasa kita sudah sampai di pintu masuk menuju Coban Rondo. Tiket masuk dijual 12.000 rupiah per orang. Dari pintu masuk ini sampai ke Coban Rondo, masih harus kita tempuh beberapa kilometer dengan jalan yang lebih menanjak. Di tengah perjalanan, terlihat aktivitas perkemahan yang sepertinya kalah seru dibanding aksi penjelajahan kita. Tak lama kemudian, kita sampai di Coban Rondo sekitar jam 3 sore.

Coban Rondo memiliki beberapa fasilitas seperti tempat parkir, toilet, warung, mushola, toko oleh-oleh, dan permainan shooting target. Hutan di sekitar Coban Rondo terlihat masih terjaga kelestariannya. Air yang mengalir begitu jernih dan dingin. Udaranya juga tak kalah dingin meski sedang musim kemarau. Dan poin utamanya adalah Coban Rondo dengan keeksotisannya. Coban Rondo menjatuhkan air dari ketinggian 84 meter dan menghempaskan butiran air yang dingin dan lembut. Angin yang bertiup dan membelokkan jatuhnya air, menciptakan ketidakteraturan yang sempurna. Subhanallah.

Kisah legenda Coban Rondo

Coban Rondo tampak dari jauh

Aliran sungai dari Coban Rondo

Coban Rondo tampak dari dekat

Hembusan angin membuat air menghantam lereng

Setelah tiga puluh menit berada di Coban Rondo, akhirnya kita bertolak ke Surabaya. Kita tidak bisa berlama-lama karena besoknya kita ada kuliah tamu Technopreneurship. Sekian dan sampai jumpa di petualangan berikutnya.


Pulang

2 comments: