Pages

Monday, June 23, 2014

Pengalaman Menjadi Guru Les Privat

Saya masih ingat. Ketika saya masih SMA, ibu saya pernah bilang, "Pas kuliah nanti, jangan cuman kuliah, tapi juga belajar cari uang, misalnya jadi guru les." Dan ternyata kata-kata itu menjadi kenyataan! Saya menjadi guru les privat saat kuliah masih berjalan di pertengahan semester 1.

Saya tidak ikut LBB manapun. Dan saya mengajar satu anak saja. Dia, yang saya ajar (bukan hajar), kelas 1 SD. Jadi, saya tidak menemui kesulitan masalah materi pelajaran. Yang menjadi masalah utama adalah mood belajar dia yang berubah-ubah. Kadang saya dituntut untuk keras, kadang juga kalem. Saya harus mengikuti jalan pikiran seorang anak kecil, dan saya memakluminya.

Saya belajar banyak hal selama delapan bulan menjadi guru les privat. Saya belajar untuk berlaku sabar, tidak menyerah, selalu ceria, dan lain-lain. Kadang saat dia tidak mau les, saya mengalah. Tapi saya bercerita dan memberinya motivasi agar ada semangat untuk belajar. Saya menjadi sadar bahwa anak kecil tetaplah anak kecil, tidak mau dipaksa.

Terakhir, saya sering ditanya orang-orang, "Kenapa anak kelas 1 SD sudah les?" Itu terserah orangtuanya. Yang perlu kita tahu, pelajaran kelas 1 SD tahun 2001 (zaman saya) dengan sekarang sudah berbeda. Sekarang, kelas 1 SD sudah diajarkan bahasa Inggris, IPA, IPS, dan TIK. Masalah les atau tidak, itu keputusan orangtua dan si anak.

2 comments:

  1. memang suatu pengalaman berharga menjadi guru les privat ini, dan menjadi suatu kebanggaan juga karena kita sudah berpartisipasi dalam dunia pendidikan yang dapat membuat prestasi anak didik

    ReplyDelete
  2. saya juga membuka jasa les privat untuk siswa sd di jepara dan hingga saat ini masih terus bertambah murid.

    ReplyDelete